Iklan

iklan

Iklan

,

Iklan

iklan

Harga Mi Instan Naik, Garis Kemiskinan Meningkat : Kata Ekonom

Minggu, 14 Agustus 2022, 8/14/2022 WIB Last Updated 2022-08-14T18:37:06Z


Sulselexpose.Id. Jakarta - proyeksi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo harga mi instan naik tiga kali lipat, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan jika itu terjadi, maka garis kemiskinan berisiko naik.

Kenaikan harga mi instan efeknya akan sangat terasa pengaruhnya pada inflasi. Jumlah masyarakat miskin baru nantinya akan naik, karena garis kemiskinan bakal menyesuaikan lebih tinggi. Yang sebelumnya masyarakat termasuk ke kelas menengah rentan, kata dia, bisa jadi masuk ke kategori miskin baru. 

"Karena data menunjukkan mi instan berada pada posisi kelima, yaitu sumbangan terhadap garis kemiskinan yang paling besar," ujar Bhima saat dihubungi Wartawan, Minggu (14/08/2022). 

Kenaikan harga mi instan efeknya akan sangat terasa pengaruhnya pada inflasi atau masyarakat miskin. Jumlah orang miskin baru nantinya akan naik, karena garis kemiskinan bakal menyesuaikan lebih tinggi lagi. Yang sebelumnya masyarakat termasuk ke kelas menengah rentan, kata dia, bisa jadi masuk ke kategori masyarakat miskin baru. 

Untuk menghadapi ancaman tersebut, menurutnya pemerintah perlu mencari subtitusi untuk bahan mi instan. Karena, ia mengakui langkah itu tidak mudah. sebabnya, dalam kondisi krisis bahan pangan secara global ini banyak negara berebut permintaan bahan pangan, terutama gandum. 

Hal itu juga bisa memicu negara-negara pemasok gandum utama melakukan proteksi atau melindungi stok gandum di negaranya. Ditambah, kata dia, di laut hitam atau di black sea masih belum di maksimalkan untuk melakukan pengiriman gandum dalam kondisi perang di Ukraina saat ini. 

Menurutnya, ada tiga cara untuk mengatasi atau setidaknya memitigasi krisis pangan ini. Pertama, mengamankan stok gandum, yaitu dengan melakukan diplomasi dagang dengan negara-negara pemasok utama Indonesia agar kita mendapat prioritas. 

Kedua, mendorong subtitusi. Namun walaupun banyak subtitusi, ia mengingatkan soal produksinya, apakah bisa dikejar dalam waktu singkat. Misalnya, kebutuhan akan insentif pupuk. Jadi bahan makanan yang dapat menjadi subtitusi gandum itu perlu didorong fasilitas insentif pupuknya. Karena sebelumnya, insentif pupuk hanya diberikan pada bahan pangan tertentu.

Jadi, menurut Bhima, pemerintah saat ini tidak bisa hanya memberi insentif pupuk pada komoditas beras, jagung, kedelai, tapi juga singkong, tapioka, sorgum, itu juga dapat menjadi subtitusi gandum. 

Selain insentif pupuk, hal penting dalam jangka panjang adalah memperluas lahan panen lalu mendorong infrastruktur irigasi dan regenerasi petani serius. 

Lebih jauh, Bhima berucap inflasi bahan makanan ini atau volatile food Indonesia sudah cukup menghawatirkan. Karena, inflasi bahan makanan sampai Juli 2022 secara year on year (yoy) sudah 11% (sebelas persen). Artinya, di atas dari inflasi umum yang sebesar hampir 5% (lima persen). 

"Jadi ini harus sangat diperhatikan," ujarnya.


Iklan

iklan