Iklan

iklan

Iklan

,

Iklan

iklan

Setelah Razak Abdullah dan Andi Safri Modding, Belum Ada Lagi Tokoh Pitumpanuwa di Pusaran Pilkada Wajo

Senin, 11 Maret 2024, 3/11/2024 WIB Last Updated 2024-03-11T14:16:56Z
Foto: Gedung UPTD Puskesmas Pitumpanua di Kelurahan Bulete, Kecamatan Pitumpanua (Sumber: Koleksi Muhammadong)


WAJO-Sampai detik ini, delapan bulan jelang gelaran Pilkada Wajo 2024 yakni 27 November 2024, tak satu pun nama tokoh Pitumpanua-Keera (atau Pitumpanuwa dengan huruf W) yang disebut-sebut dalam konstelasi politik Bumi La Maddukkelleng.


Media ini membedakan tiga istilah yakni "Pitumpanua" (tanpa huruf W) yakni Kecamatan Pitumpanua kini yang terdiri dari 27 desa/kelurahan.


Istilah kedua adalah "Pitumpanuwa" (dengan huruf W) untuk menggambarkan bekas Kecamatan Pitumpanua yang dalam sejarah awalnya terdiri dari tujuh desa (Pitumpanuwa berasal dari kata Pitu Wanuwa) yang dalam konsep administratif 1970-an hingga akhir 1990-an terdiri dari tujuh desa awal yang kemudian mekar menjadi beberapa desa yakni Desa Batu, Desa Bulete, Desa Keera, Desa Lalliseng, Desa Awota, Desa Lauwa, dan Desa Paselloreng. 

Foto: Plang Batas Desa Awota di sempadan Paojepe-Awota, Kecamatan Keera (Sumber: Arsip).


Istilah "Pitumpanuwa" ini direduksi hanya merujuk pada Kecamatan Pitumpanua dan Keera kini tanpa Paselloreng.


Istilah ketiga adalah "Pitumpanuwa Raya" yang merujuk pada tujuh akkarungeng jaman dahulu yakni Akkarungeng Lauwwa', Akkarungeng Tanete, Akkarungeng Keera, Akkarungeng Lalliseng, Akkaruhgeng Paselloreng, Akkarungeng Leworeng, dan Akkarungeng Awo yang merupakan kampung-kampung lama yang bertransformasi menjadi desa pada masa-masa awal Republik.


Judul tulisan ini sendiri merujuk pada istilah kedua yakni bekas Pitumpanuwa (bekas tujuh desa) yakni Kecamatan Pitumpanua (27 desa/kelurahan) dan Kecamatan Keera (10 desa/kelurahan).

Foto: Kantor Desa Lalliseng, Kecamatan Keera (Sumber: Koleksi Abdul Wahab Dai)


Media ini mencoba merefleksi kembali upaya-upaya mendorong tokoh Pitumpanuwa agar ikut nimbrung dalam Pilkada Wajo, tersebutlah Razak Abdullah, mantan Sekwilda Bantaeng dan Sekwilda Luwu yang merupakan putra Pitumpanuwa.


Menjelang Pilkada Wajo 2004, sekelompok mahasiswa dan tokoh Pitumpanuwa berupaya memasangkan H. Andi Asmidin dengan Razak Abdullah. Namun upaya ini gagal. Kala itu  kepala daerah masih dipilih oleh anggota DPRD. 


Pada Pilkada Wajo 2013, muncul putra Pitumpanuwa lainnya yakni Andi Safri Modding yang kemudian menantang petahana Andi Burhanuddin Unru, namun kemudian gagal.

Foto: Masjid Besar Al-Muttaqin Siwa, Kecamatan Pitumpanua (Sumber: Arsip)


Kini, jelang Pilkada Wajo 2024 ketika nama-nama jagoan sudah mulai dielus-elus, tak satu pun nama tokoh Pitumpanuwa yang berada dalam pusaran perhelatan lima tahunan ini.


Biasanya keseriusan seorang tokoh untuk ikut bertarung dalam Pilkada ditandai dengan tindakan memasang baliho dan spanduk di ruang-ruang publik dan tersurat dengan jelas misalnya "Fulan for Wajo 2024" atau "Fulan insyaallah bakal Bupati Wajo 2024".


Padahal Pitumpanuwa (Pitumpanua-Keera) memerlukan tokoh yang dapat memfasilitasi dan mengawal kepentingan-kepentingan Pitumpanuwa agar dapat lebih maksimal.

Foto: Plang Kantor Desa Paojepe, Kecamatan Keera (Sumber: Arsip)


Isu rentang kendali yang jauh dari Kota Sutera Sengkang sebagai pusat pemerintah pernah memantik isu Wajo Utara yang bahkan pernah dideklarasikan. Kecamatan Pitumpanua sendiri sangat seksi bagi para kandidat mengingat jumlah pemilih Kecamatan Pitumpanua selalu berada di urutan kedua terbanyak setelah Kecamatan Tempe.


Iklan

iklan